Ada seorang
laki-laki di hidupku yang mungkin dulu aku sangat membencinya,
karena meski aku
lebih tua beberapa tahun darinya, ia sangat berani padaku. Tak jarang rambutku
di jambak olehnya, cubitan pedasnya, dan tentu saja sering kali aku harus
bergelut dengannya. Meski akhirnya aku dan dia sama-sama menangis. Saat itu
kami masih kecil, ego kami tinggi, rasa ingin menang pun masih tinggi. Saat aku
asik bermain dengan teman perempuanku, ia mengecoh. Aku sebal ketika ia mulai
membuat mainan yang telah ku susun rapi menjadi acak-acakan, menjambak rambut
boneka barbieku dan dengan cueknya ia bisa saja menendang semua mainanku. Hmm..
Rasanya aku benar-benar jengkel dibuatnya saat itu. Sampai akhirnya suatu waktu ia dan si kecil harus pergi karena udara
disini yang tak lagi cocok untuknya. Ia menderita sebuah penyakit yang
membutuhkan udara segar. Dan perpisahan
membuatku belajar, aku merindukannya dan si kecil meski tak pernah mengatakannya. Sesekali
aku mengunjunginya di tempat barunya. Hatiku menangis melihat tempat dan gaya
hidup baru mereka. Saat kedinginan malam menyelimutinya, aku ingin menjadi
selimutnya. Namun sayang semua itu tak benar-benar bisa ku lakukan, karena aku
begitu malu. Aku hanya berdo'a pada Tuhan semoga ke depannya semua akan lebih
baik. Sejak saat itu aku ingin
membuatnya dan si kecil bahagia. Aku mulai sibuk berusaha membuat kebahagiaan kecil untuk mereka.
Setidaknya aku ingin dia mengerti masih ada aku yang memikirkannya. Masih ada
aku yang akan mengirimkannya hadiah-hadiah kecil. Meski nilainya tak sebesar
perjuangan membuatnya, aku senang melihatnya sedikit bahagia.
Beberapa tahun
kemudian..
Ia tumbuh menjadi
pemuda tampan dengan kepribadian yang tak ku kenal, mungkin kata yang tepat
untuk menggambarkannya adalah 'alay'. Tidak semua memang. Ketika kami
dipersatukan kembali dalam tempat yang sama, ada kelegaan dalam diriku.
Setidaknya suka duka kami akan bersama. Tak semudah membayangkannya, sulit
sekali beradaptasi dengan dirinya yang sekarang. Kepribadiannya yang berbeda
sekali dengan aku dan kakakku. Dan lagi.. Terulang kembali... Aku hanya
menangis sendiri ketika berselisih paham dengannya. Ia sangat keras. Sampai
suatu ketika aku harus pergi dari rumah karena sebuah pekerjaan. Dan lagi,,,
kali ini sebuah perpisahan yang mungkin mengajarkannya. Saat ini dia berbeda,
meski aku tau pada dasarnya kami memang sama-sama keras.
Terima kasih untuk
laki-laki kesayangan baru... Aku selalu menginginkan
kebahagian serta keberkahan untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar