Senin, 25 Januari 2016

Mochammad Adonara



Ada seorang laki-laki di hidupku yang mungkin dulu aku sangat membencinya,
karena meski aku lebih tua beberapa tahun darinya, ia sangat berani padaku. Tak jarang rambutku di jambak olehnya, cubitan pedasnya, dan tentu saja sering kali aku harus bergelut dengannya. Meski akhirnya aku dan dia sama-sama menangis. Saat itu kami masih kecil, ego kami tinggi, rasa ingin menang pun masih tinggi. Saat aku asik bermain dengan teman perempuanku, ia mengecoh. Aku sebal ketika ia mulai membuat mainan yang telah ku susun rapi menjadi acak-acakan, menjambak rambut boneka barbieku dan dengan cueknya ia bisa saja menendang semua mainanku. Hmm.. Rasanya aku benar-benar jengkel dibuatnya saat itu.  Sampai akhirnya  suatu waktu ia dan si kecil harus pergi karena udara disini yang tak lagi cocok untuknya. Ia menderita sebuah penyakit yang membutuhkan udara segar.  Dan perpisahan membuatku belajar, aku merindukannya dan si kecil meski tak pernah mengatakannya. Sesekali aku mengunjunginya di tempat barunya. Hatiku menangis melihat tempat dan gaya hidup baru mereka. Saat kedinginan malam menyelimutinya, aku ingin menjadi selimutnya. Namun sayang semua itu tak benar-benar bisa ku lakukan, karena aku begitu malu. Aku hanya berdo'a pada Tuhan semoga ke depannya semua akan lebih baik.  Sejak saat itu aku ingin membuatnya dan si kecil bahagia. Aku mulai sibuk berusaha membuat kebahagiaan kecil untuk mereka. Setidaknya aku ingin dia mengerti masih ada aku yang memikirkannya. Masih ada aku yang akan mengirimkannya hadiah-hadiah kecil. Meski nilainya tak sebesar perjuangan membuatnya, aku senang melihatnya sedikit bahagia.

Beberapa tahun kemudian..
Ia tumbuh menjadi pemuda tampan dengan kepribadian yang tak ku kenal, mungkin kata yang tepat untuk menggambarkannya adalah 'alay'. Tidak semua memang. Ketika kami dipersatukan kembali dalam tempat yang sama, ada kelegaan dalam diriku. Setidaknya suka duka kami akan bersama. Tak semudah membayangkannya, sulit sekali beradaptasi dengan dirinya yang sekarang. Kepribadiannya yang berbeda sekali dengan aku dan kakakku. Dan lagi.. Terulang kembali... Aku hanya menangis sendiri ketika berselisih paham dengannya. Ia sangat keras. Sampai suatu ketika aku harus pergi dari rumah karena sebuah pekerjaan. Dan lagi,,, kali ini sebuah perpisahan yang mungkin mengajarkannya. Saat ini dia berbeda, meski aku tau pada dasarnya kami memang sama-sama keras.
Terima kasih untuk laki-laki kesayangan baru... Aku selalu menginginkan kebahagian serta keberkahan untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar