Tuhan... boleh aku bercerita tentang dia? Ya dia yang berarti untukku
Rabb ini bukan sesuatu hal yang tak Engkau sukai bukan? jika aku bercerita tentangnya? aku harap tidak...
sekarang ini bukan menjadi rahasia kecilku lagi... baiklah akan ku mulai cerita tentang seseorang itu.
sebelum aku menceritakan tentang dia, aku ingin memberikan sedikit informasi mengenai hubungan ku dengan dia, hubungan kami sangat dekat.. dekat sekali, aku sangat mencintainya, dialah orang pertama yang membuat ku mencintai seseorang tanpa alasan. Aku kagum sekali padanya, tak peduli apa yang orang katakan tentang dia bagiku he is number one, aku kan selalu berdo’a untuknya, meski aku tak tahu apakah dia mengerti bahwa sedalam ini aku mencintainya, dulu, sekarang, dan nanti akan tetap begitu. Meski dia telah lama PERGI, dan takkan pernah kembali walau hanya sedetik, meski aku dan dia tak lagi berada di dunia yang sama mungkinkah dia kan mengerti bahwa aku disini sangat mencintai dan mengaguminya. Aku pun tak tahu apa ia sangat mencintaiku atau biasa saja, aku bahkan takut jika ia menyesal telah memiliki aku, sekarang yang aku lakukan disini hanya berusaha untuk sedikit saja mengurangi bebannya nanti, ketika ia dipertanyakan di hadapan sang Khalik tentang aku.. setidaknya aku berusaha untuk tidak memperburuk keadaan. Aamiin.
Rabb ini bukan sesuatu hal yang tak Engkau sukai bukan? jika aku bercerita tentangnya? aku harap tidak...
sekarang ini bukan menjadi rahasia kecilku lagi... baiklah akan ku mulai cerita tentang seseorang itu.
sebelum aku menceritakan tentang dia, aku ingin memberikan sedikit informasi mengenai hubungan ku dengan dia, hubungan kami sangat dekat.. dekat sekali, aku sangat mencintainya, dialah orang pertama yang membuat ku mencintai seseorang tanpa alasan. Aku kagum sekali padanya, tak peduli apa yang orang katakan tentang dia bagiku he is number one, aku kan selalu berdo’a untuknya, meski aku tak tahu apakah dia mengerti bahwa sedalam ini aku mencintainya, dulu, sekarang, dan nanti akan tetap begitu. Meski dia telah lama PERGI, dan takkan pernah kembali walau hanya sedetik, meski aku dan dia tak lagi berada di dunia yang sama mungkinkah dia kan mengerti bahwa aku disini sangat mencintai dan mengaguminya. Aku pun tak tahu apa ia sangat mencintaiku atau biasa saja, aku bahkan takut jika ia menyesal telah memiliki aku, sekarang yang aku lakukan disini hanya berusaha untuk sedikit saja mengurangi bebannya nanti, ketika ia dipertanyakan di hadapan sang Khalik tentang aku.. setidaknya aku berusaha untuk tidak memperburuk keadaan. Aamiin.
Awal
pertemuan ku dengan dia, aku bahkan tak mengingatnya kapan masa itu, aku hanya
memakai logikaku dari bukti yang ada , bukti akurat yang menjelaskan pertemuan
pertama itu, aku hanya ingat bahwa aku pernah melewati hari – hari yang sangat
menyenangkan bersamanya. Berdasarkan bukti dari catatan sipil dan dari cerita
beberapa saksi, pertemuan awal aku dan dia terjadi sekitar 20 tahun yang lalu,
tepatnya pada tanggal xx bulan xx 1994. Hari dimana aku dilahirkan oleh ibuku
ke dunia ini, karena dia ikut menjadi saksi kelahiranku. Saksi bahwa Rabb telah
menciptakan makhluk baru nan mungil, bayi yang masih suci itu kemudian diberi
nama IKA WULAN TINATA. Dia bahkan berdo’a untukku, ia berikan nama terbaik
untuk ku pakai seumur hidupku, dialah yang pertama kali mengenalkanku pada kalimat
– kalimat Allah, ia kumandangkan adzan dengan perasaan harunya, mungkin saat
itu ia sangat bahagia, entahlah aku tak sempat benar- benar bertanya akan hal
itu.
Dialah
yang Allah amanahkan untuk menjaga, melindungiku, dengan tangannya aku mengerti
sentuhan kasih, tangan itu adalah tangan yang paling ku suka, aku bahkan senang
sekali tidur di pangkuannya (sesuatu yang sangat ku rindukan), suapannya di
setiap sarapan pagi, aku yang hanya mengerti sebuah kesenangan pada masa itu,
aku bahkan dulu tak pernah berpikir
untuk apa senyumnya, tawanya, marahnya, takutnya, sedihnya. Yang kini
hanya mampu aku simpulkan mungkin semua itu dia lakukan karena ia menyayangiku.
Aku mengingat wajah lelahnya, wajah marahnya, wajah bahagianya, dan yang paling
membuatku terluka adalah ketika aku melihat wajah sedih dan kecewanya, aku dulu
tak sempat bertanya, hal apa yang membuatnya sedih dan kecewa? Tak sempat
bertanya hal apa yang dia ingin untuk aku lakukan agar ia bahagia? Aku tak
pernah sempat untuk benar – benar membuatnya bahagia. MAAFKANLAH AKU....
Mungkin
ketulusannya tak perlu diragukan lagi, tapi aku tak tahu apa kasih sayangnya
padaku hanya sebatas kewajiban atau memang benar- benar karena sayang.. meski
banyak hal yang tak ku tahu dan mengerti, banyak keraguanku akan kasihnya, aku
akan tetap mencintainya sampai kapanpun. Aku berharap di akhirat nanti aku
dapat bertemu kembali dengannya. Peninggalannya tak bisa aku jaga, hingga aku
harus kehilangan hal itu, satu hal peninggalannya yang sangat berarti dan akan
selalu ku jaga, hal itu adalah keyakinan, islam. Begitu panjang cerita
tentangnya , semakin panjang aku bercerita mungkin akan semakin pilu hatiku
menulisnya. Saat terakhir aku berbicara dengannya aku hanya mencium tangannya,
tanpa sempat mengatakan aku mencintainya, ia pergi tanpa meninggalkan kata –
kata untukku, dulu ia menjadi saksi saat aku menghembuskan nafas dan tangisan
pertamaku, kemudian sekitar 12 tahun yang lalu aku ikut menjadi saksi saat ia
menghembuskan nafas dan air matanya yang terakhir. Saat itu aku bahkan tak
mengerti apa arti semua itu, aku tak benar – benar tahu bahwa itu adalah saat
terakhirku, saat aku takkan mungkin lagi melihat wajahnya secara nyata,
menyentuhnya, atau bahkan mencium tangan dan keningnya. Itulah yang menjadi
kesedihan ku setelah masa itu, setiap hari aku berpikir tentang kepergiannya,
tentang mengapa ia pergi lebih awal, aku bahkan pernah berkhayal akan pergi
bersama - sama dengannya tapi ia meninggalkanku dan seluruh keluarga ini. Tak
ada lagi suapan sarapan pagi, tak ada lagi belaian tangan sebelum tidur, tak
ada lagi yang mau pura – pura menjadi murid dari aku, guru cilik ini. Tak ada
lagi hukuman, tak ada lagi pelukannya. Kehidupan keluarga ini benar – benar
kehilangan sosoknya, keluarga ini terasa hambar dan dingin. Aku tak tau lagi
arti sebuah kehangatan dalam sebuah keluarga, semua itu terasa hanya mimpi
bagiku, kenangan manis itu hanya seperti mimpi, tak benar- benar nyata, tapi
rasa sakit dan pilu ini menyadarkanku bahwa semua yang telah terjadi bukanlah sekedar
MIMPI. Semua itu adalah nyata, kenyataan yang membuat ku tak mengerti harus
bagaimana, menjadi apa, kemana. Dia benar- benar telah meninggalkan ku.
Untuk
pertama kalinya dalam hidupku ketika aku mulai mampu untuk berpikir, kepergiannya
adalah ujian pertama yang Allah berikan untukku, saat itu aku tak tau harus
bagaimana, aku tak tau harus marah atau harus bersabar, aku hanya merasa
hidupku hampa, dan aku hanya berusaha untuk menghabiskan waktu yang sangat
panjang setiap harinya, tanpa ada lagi rasa, aku diam dengan diriku sendiri.
Semua itu terus terjadi sampai aku menemukan sosok baru, sosok yang menjadi
nomor 2 di hatiku.
“
untuk
mu yang jauh disana.. yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini ,Terima kasih
telah menjadi sosok terhebat untukku, terima kasih untuk semua yang telah kau
lakukan dulu. Maafkan aku belum sempat bertanya tentang hal apa yang kan
membuatmu bahagia! Hingga kini aku hanya mampu berusaha untuk sedikit saja
mengurangi beban tanggung jawab mu di hadapan Allah.. Semoga Allah menempatkan
mu di tempat yang baik, menyayangimu dan meridhoimu. Aamiin Allaahumma
Aamiin....
LOVE
YOU ALWAYS Daddy.. Thank you my lovely Father...
“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar